Prof HM Hembing W




Prof Hembing Layani Ratusan Pasien Sehari sebelum Meninggal Mendadak

Sibuk Jadi Konsultan, Siapkan RS Khusus Pengobatan Herbal



Meski jarang sekali tampil di layar kaca seperti dulu, pakar pengobatan tradisional Prof Hembing Wijayakusuma tetap saja menjadi jujukan pasien dengan berbagai penyakit. Dalam sehari dia bahkan bisa melayani 400 pasien. Senin dini hari lalu (8/8) sang pakar itu pergi untuk selamanya pada usia 71 tahun.

M. HILMI SETIAWAN, Jakarta

SALAH satu monumen peninggalan Hembing adalah The Hembing Center yang berlokasi di Jalan Raya K.S. Tubun, Jakarta Pusat. Di tempat itulah Hembing melayani para pasien dengan menggunakan terapi akupunktur dan pengobatan tradisional.
   
Ketika masuk ke tempat itu kemarin, Jawa Pos disambut dengan aneka tanaman hijau. Gemercik air mancur di sebuah kolam ikan koi membuat suasana semakin asri.

Di tempat tersebut masih terdapat papan ucapan turut berduka cita atas meninggalnya Hembing. Hari itu The Hembing Center (THC) tetap buka seperti biasa. Jawa Pos melihat beberapa pasien pelanggan Hembing mulai antre.
"Kami memang masih dalam kondisi berduka, tapi pelayanan kesehatan tetap jalan," kata Ipong Wijayakusuma, anak kedua Hembing, yang menyambut Jawa Pos.

Sambil mengajak Jawa Pos melihat-lihat beragam piagam penghargaan yang pernah diraih Hembing, Ipong menceritakan kematian ayahnya. Pria 48 tahun itu mengatakan, bapaknya meninggal secara mendadak. Dia menuturkan, orang tuanya dibawa ke RS Medistra pada Minggu malam (7/8). "Pada Senin (8/8) sekitar pukul 01.30 Bapak dinyatakan meninggal," jelas Ipong.

Sebelum mengembuskan napas terakhir, menurut Ipong, bapaknya tidak pernah mengeluh sakit. Bahkan, beberapa saat setelah dinyatakan meninggal dunia, dokter yang menangani Hembing mengaku kaget. Sang dokter saat itu mengatakan, fisik Hembing masih segar. Wajahnya juga masih terlihat cerah.

Ipong tidak memungkiri bahwa kondisi fisik Hembing cukup terjaga. "Bapak itu care (perhatian, Red) banget dengan kondisi kesehatannya," ujarnya. Cara yang dilakukan Hembing untuk menjaga kesehatan, antara lain, dengan banyak mengonsumsi sayur dan ikan. Selain itu, dia rutin berolahraga.

Adik Valencia Wijayakusuma dan kakak Mochtar Wijayakusuma itu menduga Hembing mengalami serangan jantung karena kecapekan. Ipong menceritakan, sebulan sebelum meninggal, aktivitas Hembing sangat padat. Di antaranya, dia mengikuti kegiatan kesehatan di beberapa kota di Tiongkok dan Jepang. Sementara di tempat praktik, rata-rata setiap hari ada 400 pasien yang harus dilayani.

Ketiga anak Hembing sejatinya sudah mengingatkan ayahnya untuk lebih banyak beristirahat. Tapi, saran tiga anaknya itu tidak digubris. Hembing tetap banyak beraktivitas dan sedikit beristirahat. Sehari-hari, menurut Ipong, ayahnya hanya tidur 2 sampai 3 jam.

Sebagian besar waktunya digunakan untuk melayani pelanggan. Apalagi, selama ini banyak pasien yang rewel jika tidak ditangani langsung oleh Hembing. Di luar aktivitas di The Hembing Center, Hembing juga menjadi guru besar di Universitas Bung Karno. Hembing juga menjadi penasihat pada Chinese Medical Institute Chinese Pharmacology Acupuncture Hongkong.

Masih belum cukup, penerima Bintang Jasa Utama itu juga menjadi wakil presiden World Academy Society of Acupuncture, Korea Selatan. Hembing yang lahir di Medan, 10 Maret 1940 itu juga ditunjuk menjadi konsultan Journal of Kyoto Pain Control Institute, Jepang. Jika di rumah, Hembing menghabiskan waktu untuk membaca dan menulis buku.

Ipong mengungkapkan, ada satu buku lagi yang belum kelar penulisannya. "Buku itu dalam tahap penyusunan materi," ucap pria yang bekerja di Dinas Kesehatan Mabes Polri itu. Buku yang belum rampung itu berisi ilmu kesehatan tradisional.

Ipong menceritakan, sebelum meninggal, Hembing tidak pernah lelah memberikan petuah kepada tiga anaknya. Pesan yang paling melekat di hati Ipong adalah selalu melakukan yang terbaik untuk siapa pun. "Baik itu sopir angkot, tukang ojek, atau pejabat," jelasnya.

Selain berpesan harus melakukan yang terbaik untuk orang lain, Hembing mewariskan kepada anak-anaknya untuk menjaga kualitas pelayanan medis. Di antaranya, Hembing tidak menerima bahan-bahan obat herbal dari orang lain. Sebab, menurut Ipong, jika obat herbal dari orang lain itu palsu, proses pengobatan bisa terpengaruh. "Ilmu yang baik juga ditunjang bahan-bahan obat yang kualitasnya terjaga," jelas Ipong.

Untuk menjaga kualitas obat-obatan tersebut, Hembing memiliki lahan khusus untuk menanam aneka obat herbal. Misalnya, kumis kucing, sambiloto, dan aneka empon-empon. Kebun obat herbal itu terletak di kawasan Sukabumi. Selain itu, Hembing memiliki pabrik pengolahan bahan obat herbal di kawasan Tangerang.

Sepeninggal Hembing, keluarga besar belum menentukan siapa yang meneruskan pengelolaan The Hembing Center. Ipong menjelaskan, keputusan pengelolaan itu akan dilakukan setelah ada rembuk keluarga. Saat ini seluruh keluarga masih dalam suasana berkabung.

Sebagai catatan, dari tiga anak Hembing, hanya dua yang fokus di bidang akupunktur dan pengobatan tradisional. Yakni, Ipong dan Mochtar. Saat ini, selain berdinas di lingkungan Mabes Polri, Ipong membuka praktik di Jl Gedong Panjang Raya, Jakarta Utara.

Mochtar sendiri berpraktik di Jalan Karang Tengah Raya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Untuk sementara, Ipong mengaku lebih banyak mengontrol The Hembing Center.

Ipong juga menceritakan, Hembing memiliki sebuah impian yang belum terwujud. Sebelum meninggal, ayahnya sempat curhat akan mendirikan rumah sakit spesialis pengobatan herbal. Rumah sakit itu memadukan pengobatan tradisional berbasis ramuan herbal dengan pengobatan modern. Hembing berkiblat ke Singapura.

Ide mendirikan rumah sakit herbal itu bukan sebuah angan-angan belaka. Hembing bahkan sudah membuat desain sederhana bentuk fisik rumah sakit tersebut. Sayangnya, dokumen itu masih disimpan Hembing dan belum ditemukan anak-anaknya. Ipong hanya menjelaskan, di depan rumah sakit herbal itu akan didirikan patung Hembing.

Selain sudah mendesain bentuk rumah sakit itu, Hembing menugasi Ipong mencari tanahnya. "Pesan Bapak, lokasi harus mudah dijangkau dan strategis," katanya. Namun, kepergian Hembing lebih cepat ketimbang progres pembangunan rumah sakit herbal itu.

Ipong berharap mimpi orang tuanya itu terwujud. "Entah berapa tahun lagi. Tetapi, keluarga harus kompak mewujudkannya," ujarnya.

Sebelum kembali ngantor di Mabes Polri, Ipong menuturkan tidak khawatir akan adanya penurunan pasien yang berobat ke The Hembing Center. Menurut dia, pasien masih tetap setia karena merasa ada manfaat yang bagus setelah menjalani pengobatan di The Hembing Center. (c2/kum) (JPPN)

8 komentar:

  1. Turut Berduka.

    Mohon info resep-resep Bp Prof HM Hembing,
    bisa didapatkan dimana ya?
    mohon di email donk ke iwanketikkilat@gmail.com
    Thank You

    BalasHapus
  2. Mohon info bagaimana cara membuat ramuan dari orang-aring terhadap penderita tekanan darah tinggi?? Terimakasih😊😊🙏

    BalasHapus
  3. mhn infonya sy sangat membutuhkan resep herbal untuk mengobati asam lambung (GERP) Trm ksh atas perhatiannya sy minta tolong dikirim ke email sy >> garutjakarta18@gmail.com

    BalasHapus
  4. Mohon infonya sy divonis dokter menderita penyakit hepatitis b yg skrg sdh terkena tumor liver, mhn bantuanya utk mengatasi dan mengobatinya. Email sy denisvivo398@gmail.com

    BalasHapus
  5. Saya mencari sirup sarang sari prodok hembing sama temulak dimana yang ada ya kami tunggu infonya

    BalasHapus
  6. Di mana bisa membeli buku sehat ala dr hembing? Tanks

    BalasHapus
  7. Di mana bisa membeli buku sehat ala dr hembing? Tanks

    BalasHapus